Sebut Pelemparan Masjid Jogokariyan Hoax, Kader PDIP Salahkan Polisi dan Warga

Sebut Pelemparan Masjid Jogokariyan Hoax, Kader PDIP Salahkan Polisi dan Warga - Hallo sahabat Radar Pribumi News, Pada sharing Berita Radar Pribumi kali ini yang berjudul Sebut Pelemparan Masjid Jogokariyan Hoax, Kader PDIP Salahkan Polisi dan Warga, saya telah menyediakan Berita lengkap disertai gambar foto atau gambar ilustrasi dari awal lagi sampai akhir Berita Radar Pribumi. mudah-mudahan isi postingan Radar Pribumi News yang diterbitkan atau diulas di RadarPribumi.com ini dapat anda pahami baik-baik.


Sekretaris DPD PDIP DIY, Yuni Satia Rahayu, membantah terlibat dalam insiden pelemparan batu ke arah Masjid Jogokariyan.

Yuni pun membantah pernyataan Fanni yang menyebut ada pelemparan batu ke Masjid Jogokariyan. Menurutnya, massa konvoi tidak pernah melempari masjid. Hanya saja memang sempat ada kericuhan sesama peserta konvoi itu sendiri di Jalan Jogokariyan, tak jauh dari lokasi masjid.

"Kita tidak pernah menyerbu yang namanya Masjid Jogokariyan. (Informasi) bahwa ada penyerbuan ke masjid itu hoax. Karena kita tahu semua yang namanya PDI Perjuangan dengan yang baju hijau di situ itu sudah lama permasalahannya," jelasnya.

PDIP justru mempertanyakan peran aparat dalam menjaga keamanan peserta konvoi. Sebab, menurutnya ketika massa PDIP berkonvoi di Jalan Jogokariyan ada yang memprovokasi. Buktinya ada pihak yang menghadang konvoi dengan membawa pedang.

"(Kasus) Jogokariyan, kawan-kawan ini (simpatisan PDIP) kan sudah dapat izin dari Polda untuk pelaksanaan kegiatan (deklarasi) kemarin. Tetapi peran polisi di mana? Kenapa masih banyak anak-anak kita yang kemudian jadi korban," kecamnya.

"Di Jogokariyan, orang bawa pedang kok bisa dibiarkan? Masyarakat di jalan itu nyeret pedang lho. Kenapa polisi membiarkan? Itu yang kami sesalkan. Kalau ini memang kegiatan tidak diizinkan ya keluarkan (surat) tidak diizinkan," tegasnya.

Ketua Takmir Masjid Jogokariyan Yogyakarta, Muhammad Fanni Rahman, membenarkan adanya insiden pelemparan batu ke masjid. Beruntung tidak ada korban jiwa maupun luka, fasilitas masjid juga tidak ada yang rusak akibat peristiwa tersebut.

Insiden ini terjadi setelah pihak masjid menggelar pemilihan takmir, dengan salah satu rangkaian kegiatannya berupa pengajian dan pembagian sembako. Namun seusai membagikan sembako tiba-tiba muncul pelemparan batu dari peserta konvoi ke arah masjid.

Pelakunya diduga massa konvoi di Jalan Jogokariyan, usai menghadiri deklarasi di Stadion Mandala Krida, Yogyakarta. Fanni yakin dengan hal itu lantaran peserta konvoi yang melempari masjid beratribut merah, dia juga kenal dengan sebagian pelaku.

"Jadi pas selesai pengajian, pas (pembagian sembako) bubar tiba-tiba dari arah barat ada pelemparan batu. Saya pada waktu itu pas di rumah bapak di depan masjid," jelas Fanni saat ditemui wartawan di Kampung Jogokariyan Yogyakarta, Senin (28/1/2019).

Mendapat serangan, masyarakat kampung dan remaja masjid tak terima dan mencoba melawan. Dengan berbagai cara mereka berupaya mengusir peserta konvoi, termasuk dengan melemparkan batu ke arah massa konvoi yang dinilai membuat keributan.

Tak lama setelah kejadian aparat kapolisian datang ke lokasi. Keributan yang sempat terjadi berhasil dilerai. Pihak Polsek bersama Koramil dan Pemerintah Kecamatan Mantrijeron kemudian berupaya memediasi damai agar kasus ini tak melebar.

"Kesepakatannya (mediasi) dua hal, kesepakatan damai. Karena juga ini isu sensitif berbeda dengan kejadian yang lain. Kami juga enggak mau dibawa ke urusan politik. Karena pelakunya juga teman-teman sudah tahu orang-orangnya itu," tuturnya.

"Biar clear, karena saya butuh untuk itu (berdamai). Karena apa? Untuk meredam situasi. Sesepuhnya (Ketua PAC PDIP Mantrijeron Junianto) sudah minta maaf. Tapi pelaku penggeraknya (belum), satu orang saja (provokatornya) harus minta maaf," lanjutnya.

Terlepas dari keterangan takmir dengan PDIP yang berbeda ini, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X tetap menyesalkan terjadinya kericuhan antara massa PDIP dengan warga Jogokariyan. Menurut Sultan, insiden tersebut semestinya tidak terjadi.

"Ya kalau aku ya, apakah (perbedaan politik) mesti harus dengan kekerasan? Karena kekerasan-kekerasan itu kan sebetulnya justru tidak menumbuhkan rasa empati bagi publik calon pemilih," ucap Sultan di Kompleks Kepatihan.

Perbedaan pendapat, lanjut Sultan, sebenarnya bisa diselesaikan dengan cara baik-baik. "Karena harapan saya sesama warga masyarakat Yogyakarta apapun latar belakang dan pilihan politiknya tidak perlu punya dendam sejarah," tegasnya. (ush/mbr)



Demikianlah Artikel Sebut Pelemparan Masjid Jogokariyan Hoax, Kader PDIP Salahkan Polisi dan Warga

Radar Pribumi Sebut Pelemparan Masjid Jogokariyan Hoax, Kader PDIP Salahkan Polisi dan Warga, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. Semogar lagu kali ini.

Anda sedang membaca artikel Sebut Pelemparan Masjid Jogokariyan Hoax, Kader PDIP Salahkan Polisi dan Warga dan artikel ini url permalinknya adalah https://radarpribuminews.blogspot.com/2019/01/sebut-pelemparan-masjid-jogokariyan.html Semoga artikel ini bisa bermanfaat.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel